Senin, 30 Mei 2011

New Story!

Trataaatttttt....
Apa kabar semuaaaa....??
Gimana kabarnya??
Yaaaa... moga-moga aja siii all is well (hahaha,,, jadi inget film india '3 idiots')
(** heri banget yak // heboh sendiri // :D **)

Di edisi kali ini,, aku mau share tentang sebuah cerpen yang aku tulis pada jaman dahulu kala,, jaman aku masih muda getooo (hahaha,, sekarang juga masii muda siii...).
Judulnya "GUE SAYANG ELO".
Let's check this out!


“Udah deh, Van. Aku ga mau sesuatu yang paling ku takuti itu terjadi. Aku ga ingin nglukaimu lagi. Plizz… Sebelum semuanya terlambat, Van…”

Rivan mengangguk pelan dan menarik nafasnya dalam. “Ok, Ka, aku ngerti, aku paham, aku tahu perasaan kamu dan aku ingat janji kita saat kita baru aja jadian. Tapi, apa kamu ga bisa kasih aku kesempatan lagi ? Sekali ini aja, Ka !!”

“Nggak, Van! Aku ga mau…” kataku sambil menggelengkan kepala. “Aku ga mau membawa kamu dalam masalah aku… Lagian aku dah ga sayang ma kamu. Aku ga pernah tulus buat menyayangimu. Kamu cuma pelarianku, Van ! Pelarianku..…!! Aku ga pernah tulus sayang ma kamu ! Aku hanya bisa ngasih hatiku ke Naya seorang !! Cuma Naya, Van… Yaa, cuma Naya yang bener-bener aku sayangi...”
Aku mulai menitikkan air mata. Perasaanku semakin tak menentu. Akupun berlari meninggalkan Rivan sendiri.

Aku terus saja berlari meninggalkan Rivan. Aku ga peduli, ga tahu, dan ga mau tahu apa yang terjadi, apa yang dipikirkan, dan apa yang dilakukan Rivan kemudian. Sambil masih berurai air mata aku pergi ke rumah Lexy yang tak jauh dari tempat naas itu.

“Lexy…” kataku dengan air mata yang kian deras mengalir.

“Eh, Rieka ? Ada apa ?” tanya Lexy sambil menyuruhku duduk. “Lho, kamu kok nangis sih ?! Kenapa ?” tanya Lexy kemudian.

“Lexy… aku baru aja mutusin Rivan !” kataku sambil terisak.

“Haah ? Apa ? Putus ?” tanya Lexy kaget. 

Aku mengangguk lemah. “Iya, Xy, aku udah mutusin dia.”

“Tapi….. tapi….. tapi kenapa, Ka ?” tanya Lexy tak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan padanya. “Bukannya kamu tu sayang banget ma Rivan ?”

“eNggak, Xy….. eNggak..…!!” kataku sambil menggelengkan kepala. “Aku ga pernah tulus buat itu, Xy ! Rivan itu semu ! Dia pelarianku ! Rivan pelarianku dari Naya, Xy !!”

“Udah udah udah….. Kamu coba tenang dulu dong…” kata Lexy lembut berusaha menenangkan diriku yang sedang tak menentu. “Nanti kalau kamu udah agak tenang, baru kamu cerita ma aku kenapa kamu mutusin Rivan.”

“Xy, aku ga pernah cinta, aku ga pernah sayang ma Rivan… Rivan itu hanya pelarianku… Rivan ga pantes buat dapetin aku. Aku hanya ngebuat….....” Air mataku yang sudah mulai mengering pun kembali mengalir deras.

“Sssttt….....emang kenapa Rivan ga pantes dapetin kamu ? Dia cakep, manis, baik......dan kamu juga cantik, pinter.....… Kamu ma Rivan tu cocok banget, Ka......”

“Karena aku cuma sayang ma Naya, Xy...!! Cuma Naya..… Cuma Naya yang aku sayangi…” Aku berusaha mengusap air mataku dan menenangkan diri. “Lexy, aku tahu, aku sadar…..aku dah nyakitin Rivan ga cuma sekali dua kali aja… Mungkin hampir tiap hari aku buat Rivan ‘sakit’. Tapi, sakit yang dialami Rivan ga seberapa kalau dibandingin dengan sakit hati yang dialami Naya !! ......Xy, aku tu dah diemin Naya selama 3 tahun.....… 3 tahun.....…!! Dan aku nglakuin itu hanya gara-gara dia dekat dengan Vidya. Padahal aku sendiri tahu, Naya dan Vidya cuma teman biasa. Dan Naya tu ga pernah suka sama Vidya… Karena Naya hanya sayang aku, Xy…”

Aku terdiam. Pikiranku melayang-layang penuh rasa bersalah pada Naya.

“Tapi, Ka... !?” Lexy tak melanjutkan kata-katanya. Seolah ia tahu tentang sesuatu tapi ia tak mengatakannya padaku.

Butiran air mata kembali membasahi kedua pipiku. “Xy, aku tahu, saat ini kamu ngragguin aku. Tapi, aku yakin, Xy ! Aku yakin banget N-A-Y-A M-A-S-I-H S-A-Y-A-N-G M-A A-K-U.....…”

“Ka, darimana kamu yakin kalau Naya masih suka ma kamu ? Kamu dan Naya kan dah ga satu sekolah lagi sejak SMP dan kalian jarang ketemu. Dan kamu sendiri yang bilang kalau kamu juga udah nyakitin dia terus-terusan. Jadi, apa mungkin dia masih menaruh sayang itu ke kamu ?” tanya Lexy pelan.

“Dari Ikyo.. Ikyo sekarang tu deket banget ma Naya…”


“Ikyo temen deket SMP kamu dulu ?”

“Hmm......”
~| (n_n) |~


Hari berlalu. Aku benar-benar ga merasa bahwa satu setengah bulan udah berjalan dan udah terlalui. Dan baru kusadari kalau kini aku selalu sendiri. Tanpa Rivan... tanpa Lexy... tanpa Naya... tanpa semuanya...
~| (n_n) |~

Suatu hari, malam Minggu, aku bersepeda sesuka hatiku. Sendiri !! Hingga saat aku melewati sebuah jalan yang sepi, gelap, dan bergelombang…..

“..…Naya..…” sekecap kata meluncur dari bibir mungilku setelah beberapa saat kuamati seorang cowok bertopi dan sedang bersepeda bersama seorang gadis yang sangat kukenal... Lala... Yaa, namanya Lala... Dan kulihat keduanya tampak akrab sekali…

“…..Rieka…..” jawab nya kaget dan dia menjadi salah tingkah melihatku.
Sesaat hatiku galau... pikiranku melayang... Namun akhirnya kupacu sepeda polygonku sekuat tenaga dan aku ga mempedulikan Naya yang bersepeda bersama gadis itu. Aku jealous….....!!! Aku pun pulang ke rumah dengan 1001 kegundahan dan kekecewaan yang mendalam.

Aku masuk ke kamarku. Lalu kututup pintu kamarku rapat-rapat dan kurebahkan badanku di kasur.
Sayub-sayub kudengar sebuah lagu Jangan Pernah Berhenti Mencintaiku....Lalu ku lihat hp ku dan terlihat ada sebuah sms dari Ikyo masuk.

~~ Rieka, maaf, aku ga bermaksud ngeggoda kamu, tapi sejak sebulan lalu, Naya udah jadian ma Lala.... Maaf ya aku baru ngasih tahu kamu dan aku ga bermaksud buat kamu down. Sorry... ~~

Seketika tubuhku yang semula telah lunglai pun kian melunglai dan aku pun terhanyut dalam buaian dinginnya malam… “Naya…!!! Jangan tinggalin aku…!!”
~| (n_n) |~

Valentine’s Day…

“Miss Rieka yang imoet-imoet kayak marmoet,,, nie ada me-ssa-ge buat kakak !! Just for you !! Nie..…!!” kata adikku, Asa, sambil memberikan handphoneku yang tadi sempat dipinjamnya.

“Me-ssa-ge me-ssa-ge..… Baca yang bener dong. Sini handphoneku…”
 Aku langsung membuka pesan baru di handphoneku itu…

Brief were my days among u,
N briefer still the words I’ve spoken,
But when my voice fade in u’r ears,
N my love vanish in u’r memory,
I’ll come again
4u my sweet heart…
Rivan_

“Haah… Rivan ?” teriakku dalam hati begitu aku tahu Rivan yang mengirim sms itu. Aku pun manggut-manggut membaca pesan itu. Bukan karena aku paham, aku mudeng, atau aku ngerti maksudnya, tapi justru karena aku ga tahu artinya !!! Entah karena aku yang bego atau Rivan yang ingin buat aku pusing. Akhirnya sambil teriak sana teriak sini, aku nyari Asa yang membawa kamus bahasa Inggrisku…

“Come again 4u my sweet heart… Sapa sweet heart.nya Rivan ? Aku kah ? Hii… ga banget deh !! Amit-amit…..masa aku sih sweet heart.nya Rivan ?” gumanku dalam hati setelah aku tahu isi sms itu. “Ah, bikin cape’ aja deh… Ngapain juga dia sms aku kaya’ gini, ga ada angin, ga ada hujan juga… Hii...emangnya gue pikirin…!!”

Aku ga peduli, ga ambil pusing, dan ga mau susah-susah mikirin pesan itu… tapi, aku juga ga menghapusnya dari inbox handphoneku. Aku membiarkannya saja dan sesekali aku membuka dan membacanya lagi.

Namun, mungkin karena aku terlalu sering membuka dan membaca sms Rivan itu, aku jadi ingat saat Rivan nembak aku dulu…..... dan aku.....… mulai merindukan hadirnya lagi…
Sehari... dua hari... tiga hari... seminggu berselang... dua minggu terlewati... dan sebulan pun berlalu.... Suatu Minggu, bulan Maret, pagi-pagi benar saat aku baru saja bangun tidur, handphone yang ada di bawah bantalku berdering. Satu pesan dari Rivan…!!! Buru-buru aku buka dan aku baca sms dari Rivan itu.

Jika kamu adalah bintang,
Maka aku ingin menjadi orang
Yang menerima terang
Dari bintang itu…

Aku tersenyum. Kupijit-pijit keypad handphoneku itu dan aku balas sms Rivan itu.

Kadang sesuatu itu tak selalu seperti yang tampak...
Ketika aku katakan benci,
tapi hatiku merindukan...
Ketika aku katakan tak mau jumpa,
hatiku benar-benar inginkan suatu pertemuan...
Kadang semuanya itu membuatku takut untuk mengatakan bahwa aku...
Mengharapkan kehadiranmu lagi...
~| (n_n) |~

Suatu hari, entah kenapa aku ingin pergi ke suatu tempat. Aku merasa keinginan itu begitu kuat dan ga bisa aku tahan lagi. Aku pun pergi ke tempat itu. Tempat itu sungguh sejuk, teduh, asri, dan menenangkan jiwa.

“...Rieka...” terdengar suara yang menyapaku. Suaranya sungguh sangat lembut dan membiusku. Dan aku juga merasa tak begitu asing dengan suara itu.

Aku menoleh dan aku sungguh kaget begitu aku tahu siapa yang menyapaku... “...Rivan...”
Rivan tersenyum. Manis sekali senyumannya. Kemudian ia duduk di sampingku.

“Haii... Sendiri yaa ?” tanya Rivan.

“Iyaa. Kamu ?”

“Iyaa juga...!!”

“Kamu kok di sini ?! Hayoo... mau ketemuan ma sapa lho ?” tanyaku.

“Ga tau tu... Tiba-tiba aja aku pingin banget ke sini. Nah, kalau kamu ngapain hayoo ?”

“Aku ?” aku tersenyum. Aku menceritakan padanya kenapa aku ke tempat ini. Tanpa kusadari, aku menjadi begitu dekat dengan Rivan. Suasananya benar-benar hangat... penuh canda tawa... dan benar-benar akrab.

Hingga............

“Ka, balik yuuk...?!?!”

“Balik ? Ga deh. Aku masih pingin di sini...”

Rivan menggelengkan kepalanya. Dan tiba-tiba wajahya terlihat sangat lucu dan merah nJambon...... Aku pun menyadari ucapannya barusan.

“Ooow...sorry...kirain pulang maksudnya... Emm...emang aku masih ada di ........... kamu ?” tanyaku sambil menunjuk dadaku sendiri.

Rivan mengangguk. “Ka, sama kaya’ yang kamu bilang... Kadang sesuatu itu tak selalu seperti yang tampak. Ketika aku katakan benci, tapi hatiku merindukan. Ketika aku katakan tak mau jumpa, hatiku benar-benar inginkan suatu pertemuan. Kadang semuanya itu membuatku takut untuk mengatakan bahwa aku mengharapkan kehadiranmu lagi... Mau kan kalau kita balik lagi ?”

Aku tersenyum malu... “Kamu kok hafal sih ? Tapi, maaf, Van, aku ga bisa balik ma kamu. Bukan karena aku ga sayang ma kamu, tapi... aku beneran sayang ma kamu. Cuma aku kira sekarang bukan saatnya... Maaf yaa kalau aku udah buat kamu saaa......”

“Sssstttt.....”desah Rivan sambil menempelkan jari telunjuk kanannya ke bibirnya sendiri. 

“Aku tahu... Dan aku udah maafin semuanya itu... Aku juga tahu kenapa kamu ga bisa balik ma aku... Tapi kamu mau kan kalau kita jadi sepasang sahabat sampai kita bisa balik lagi...”

“Tentu...” jawabku sambil tersenyum.
Aku mengikatkan jari kelingkingku dengan jari kelingking Rivan.

“Aku akan nunggu kamu, Ka... Karena aku sayaaaaaaannnggggg banget ma kamu... U’re my all in all....”

THE END
(n_n)

20/04/2007

^marieae^

0 komentar:

Posting Komentar