Malam yang dingin. Namun, mataku belum juga terpejam. Ditemani remangnya sinar rembulan, mataku menerawang, ingatanku tertuju pada sebuah nama. Indra… ya Indra ! Sebuah nama yang akhir-akhir ini selalu membayangi diriku sejak pertemuan di gereja minggu lalu. Ya… wajahnya, tawanya, senyumnya, dan tubuhnya yang tak begitu tinggi walau dia jauh lebih tua dariku… semuanya telah terekam indah dalam ingatanku.
“Rin, bangun…!!! Dah siang. Apa kamu ga’ sekolah ? Sekarang sudah hampir jam 6 lho!“ kata Ibuku yang berusaha membangunkanku.
Aku tak menggubris kata-kata Ibuku. Aku hanya menggeliat di atas kasurku yang empuk.
Ibuku pun berusaha membangunkanku lagi, “Rin, dah siang lho ya! Apa kamu nggak sekolah ? Sana cepatan mandi trus sarapan.”
Akhirnya aku pun bangun dari tidurku. Kemudian aku pergi mandi dan sarapan lalu aku pun berangkat ke sekolah.
Sesampai di sekolah yang tak jauh dari rumahku, aku meletakkakan tasku di tempat dudukku lantas kutinggalkan keluar begitu saja. Aku duduk di teras kelasku sambil memperhatikan anak-anak yang baru datang. Tak lama kemudian, aku melihat Edie yang baru datang dan tersenyum padaku. Aku pun terpana melihatnya…
“Rinda…”” sapa Edie padaku.
“Edie…….” sapaku pada Edie sambil aku tersenyum padanya.
Tiba-tiba Bayu, salah seorang teman sekelasku, membuatku kaget, “Hayo… Rin, gak usah sungkan-sungkan lho ya! Kalau suka ya ndak pa-pa kok! Tak restui…”
Aku terdiam tanpa merespon ejekan Bayu. Pikiranku melayang-layang membayangkan Edie. Yaah, Edie adalah cowok yang kukagumi. Sifatnya yang baik, lucu, ramah……… selalu membuatku terkesan dan teringat padanya selalu. Aku pun bangkit berdiri dan masuk ke kelasku lagi. Aku duduk di tempat dudukku. Kemudian kuambil sebuah kertas dan pulpen dari tasku. Lantas kucoret-coret kertas itu dengan kata-kata yang ada di pikiranku. Hingga tak lama kemudian, Riva, teman dudukku datang dan menyapaku.
“Hai, Rin……!!” sapa Riva.
Aku tak membalas sapaannya. Aku hanya tersenyum saja. Tapi, bukan senyuman manis, melainkan senyuman yang garing dan kupaksakan.
Setelah meletakkan tasnya, Riva pun duduk di sampingku.
“Rin…….” kata Riva padaku sambil bermain hp.
“Hmmm…..”
“Eh, Rin, denger-denger Edie lagi CLBK ma Tias lho!” kata Riva lagi sambil tetap memainkan hp-nya.
Aku tertegun mendengar kata-kata Riva. Aku meletakkan pulpen dan kertasku di atas meja, lalu kusandarkan bedanku pada dinding. Hatiku menjadi galau. Aku pun menarik nafasku dalam-dalam dan berusaha untuk tetap tenang dan pura-pura tak mengerti apa yang dikatakannya, “Maksudmu apa, Va?”
“Yaah, masa sih gak tahu maksudku?” tanya Riva padaku sambil menatapku tajam.
“Kata siapa dia CLBK ma Tias?” tanyaku menyelidik.
“Yaah, pokoknya aku dapat gosip-gosip kalau dia CLBK ma Tias dari temen sekelasnya.”
Anganku pun kembali melayang-layang. Edie yang sebelumnya kuanggap cowok paling perfect teryata sama saja dengan yang lainnya. “Ngapain dia balikan sama Tias?? Tias kan terkenal suka ganti-ganti pacar,” gumanku dalam hati. Rasanya aku pingin banget buat marahin Edie. Tapi, aku gak berhak buat marah ma dia karena dia bukan apa-apaku.
Tak terasa bel tanda masuk berbunyi. Bel yang juga memberikan tanda bahwa pelajaran akan segera dimulai. Namun, aku tidak bisa mengikuti pelajaran dengan serius. Yang ada di pikiranku hanya kekecewaanku pada Edie……. Huuh, dasar LELAKI…..!!